Thursday, April 14, 2016

Yuk jadi Guru!

"Kok lu mau sih jar jadi guru?"
"Emang guru bisa kaya yah ?"
"Kaya gaada pilihan lain aja lu jar"

Pertama saya ingin menegaskan bahwa saat itu saya memang gapunya pilihan lain. Ini murni keteledoran saya sendiri memilih jurusan dengan kata depan pendidikan. Yep, saya akui itu. Jadi buat yang gak bisa open mind tentang realita, bisa langsung di skip aja, gausa baca.

Gini, Salah satu temen dikelas pernah bilang yang intinya,
"Dulu saya sebenernya pengen jadi bidan, tapi apa daya keterimanya disini. Tapi biarlah, mungkin niat saya untuk membantu para malaikat kecil tadi lahir kedunia bisa tergantikan dengan mendidik mereka dikemudian hari"

hampir sama kek pernyataan kakak tingkat, yang intinya.
"Dulu saya nyesel de di sini. Saya kira bukan guru, eh gataunya keguruan"

dan masih banyak pendapat pendapat lain yang intinya hampir selalu ada rasa penyesalan ketika tahu bahwa disini adalah jurusan keguruan.

Seperti dipaksa oleh takdir.

Ketika ditanya apakah saya akan ngulang untuk tes masuk ptn tahun depan, saya akan sangat sangat yakin menjawab tidak. Mungkin juga dengan teman-teman. Saya sudah terlalu jenuh dengan dunia persekolahan. Dan untuk kembali membahas soal-soal yang bukan menjadi urusan saya. Rasanya mustahil. Im not that kind of people. Saya sudah berada disini, ngapain juga harus cape cape untuk ngulang.

"Pantes guru di Indonesia kualitasnya "begitu", calon gurunya aja cuma orang orang desperate doang."

Mungkin setelah saya buat tulisan ini saya akan dikejam berbagai macam perkumpulan guru dan asosiasi kampus keguruan. Tapi itu bukan urusan saya, saya cuma mau menyampaikan realita.

Gini deh yah, kalo gapercaya kenapa orang seperti saya bisa masuk ptn keguruan. Buka deh, passing grade yang dikeluarkan oleh lembaga lembaga swasta tentang jalur masuk ptn, baik itu lewat jalur undangan maupun tulis. Kita bisa lihat sendiri bahwa untuk menjadi seorang calon guru, itu sangaat sangaat gampang. Passing grade jurusan keguruan biasanya kecil.

"yahkan itu dari lembaga swasta jar, belum tentu bener."

di Indonesia, lembaga swasta yang berbasis pengajaran ada sangat amat banyak sekali. Yah. saya tahu kalimat tadi tidak baku. Dan untuk bersaing antara satu dengan yang lainya, haruslah memiliki nilai jual lebih dengan fasilitas fasilitas yang mereka tawarkan. Tentunya dengan mereka membuat passing grade tadi, juga dapat menjadikan poin plus dimata calon peserta didik. So, ?

oke kembali ke realita. Jadi dari fakta diatas dapat disimpulkan bahwa calon guru di Indonesia adalah SDM-SDM dengan kemampuan menengah kebawah.

Hmmm menarik.

Tapi memang beginilah realitanya. Takdirlah yang memilih kami. Para calon guru dengan jiwa besar yang mau menerima keadaan apa adanya, Tidak munafik dengan mimpi-mimpi diri sendiri. Ketika orang lain berusaha mewujudkan mimpinya sendiri, kami disini berusaha mewujudkan mimpi kami agar dapat meraih banyak mimpi mimpi lain.

"yaelah, milih itu juga karena ga ada pilihan lain aja pake ngatain yang lain munafik segala"

Yah itulah manusia. Satu-satunya orang yang patut dikecam disini adalah saya. Tapi jangan kecam mereka yang sedang berusaha mewujudkan mimpi orang lain.

Selama calon guru di Indonesia dipenuhi oleh orang-orang dengan rasa kecewa. Dunia Pendidikan di Indonesia sangat amat sulit sekali untuk maju. Yah saya akui kalimat tadi juga tidak baku.

Selama sumber daya manusia berkualitas hanya mementingkan dirinya sendiri. Pendidikan di Indonesia sangat amat sulit untuk maju.

Inilah realitanya kawan.

Banyak pelajar yang menghardik hancurnya pendidikan di Indonesia. Tapi ketika diminta untuk menjadi guru, mereka menolak. Mereka sibuk membangun mimpinya sendiri.

Sekarang, kita geser jauh ke Finlandia, dimana kiblat pendidikan dunia banyak berasal dari sana. Di Finlandia, profesi guru sama "ngehit"nya dengan profesi dokter, hanya SDM berkualitas tinggilah yang dapat mencapai profesi tersebut. Sulitnya proses untuk menjadi seorang guru profesional dan tingginya minat untuk menjadi seorang guru membuat kualitas pendidikan di Finlandia adalah yang terbaik.

Saya bersyukur ini tidak terjadi di Indonesia, karena bila ini terjadi. Orang seperti saya akan sangat amat sulit sekali untuk menjadi seorang guru. Dan tentunya kualitas pendidikan di Indonesia pasti sudah jauh lebih baik.

Marilah bersama kita majukan pendidikan di Indonesia. Bukan tentang siapa tapi apa kontribusi yang harus kita buat. Selama kita memiliki dasar niat yang kuat untuk membantu orang lain, percayalah. Semesta pasti akan membantu menjadikan mimpi mimpi tadi menjadi kenyataan.

Sukses terus untuk Guru di Indonesia! (Calon guru juga sih)

Fajar Fachri Maulana
Staf Komunikasi dan Informasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya

0 comments:

Blogger Template by Clairvo