Friday, October 3, 2014

Siapa dia ?



Senja itu, disaat mentari akan terbenam dan malam akan menggantikan keindahanya. Keindahan sebuah mahakarya ciptaan tuhan. Angin yang berhembus dari satu pohon, ke pohon yang lain. Menjadikan dahanya bergoyang, menari, seakan ada alunan musik yang menyertainya. Menyejukan, namun sedikit kering.

Senja itu, Ku berdiri diatas bus yang penuh. Bus khusus wanita yang di dalamnya terdapat rombongan anggota studi sekolahku. Aku ditugaskan menjaga dan mengiringi bus itu sampai di tujuan. Bus tua hitam dengan pendingin alami dari luar. Yang bahkan bila ditanjakan harus diselipkan batu di rodaya agar tidak jatuh ditanjakan. Tak nampak mewah.

Senja itu, ku berdiri di samping pintu belakang. Seperti kenek metro mini yang lalu lalang di jalan-jalan ibukota. Ya, di bus ini hanya aku, temanku, dan pak sopir yang lelaki. Selebihnya kaum akhwatlah yang mendominasi. Karena melihat kondisi bus yang penuh dan sudah tua. Ditambah lagi yang semua isinya adalah wanita remaja. Kami, panitia takut bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di jalan. Maka diutuslah kami berdua.

Senja itu, saat semuanya asik bercengkrama. Menghilangkan bosan dan mengisi waktu luang dalam perjalanan. Ramai, riuh suasana bus ini. Mungkin karena mayoritasnya adalah kaum akhwat. Aku berusaha membaur. Kulihat baris belakang yang tepat berada dibelakangku. Seorang wanita yang membuatku selalu tertuju padanya setelahnya. Sedikit gugup, Entah kenapa aku selalu gugup saat bersanding dengan wanita cantik.

Senja itu,saat kegugupanku kusembunyikan. Kubuka obrolan dengan sesuatu yang ringan, menyenangkan dan kubuat seramah mungkin. Senyaman yang kubisa. Ya hanya pada saat itu, biasanya aku selalu acuh dan tidak peduli apa yang mereka bicarakan. Namun entah mengapa aku sedikit tertarik dengan yang satu ini. Wanita cantik dengan kerudung dan senyum diwajahnya yang tak bisa kulupakan.

Bodoh, hingga kami semua sampai di tempat tujuan tak ada sedikit informasi yang bisa kuproleh darinya. Bahkan aku tidak sempat menanyakan namanya. Hanya wajah dan senyumanya yang selalu kuingat. Tidak lebih. Sesampainya disana, Acara demi acara dan semuanya berlalu begitu cepat. Tiga hari yang melelahkan dan penuh tanda tanya. Ketidakpastian dan keinginan untuk mengenalnya lebih jauh. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk bisa mengetahu siapa nama wanita itu.

Tugasku ialah koordinator lapangan serta merangkap sebagai MC. Aku dipilih karena pembawaanku yang santai, pandai berbicara, dan tidak tau malu. Walaupun aku sudah terbiasa namun kali ini berbeda. Aku gugup, karena di salah satu audiencedi depanku kulihat wanita tadi. Mampus, pikirku. Dia selalu saja duduk di depan. Membuatku selalu ingin melihatnya dari depan. Tapi aku tau, kali ini pasti semua mata sedang tertuju padaku dan sangat bodoh bila aku selalu melihatnya dari depan. Setiap saat kujalani rutininitas seperti itu disana. Melihatnya dari jauh dan berharap akan ada kesempatan berbincang lagi denganya. Kali ini, Aku bahkan malu untuk bertanya bahkan sekedar mendekat saat ada waktu bebas.

Saatnya pulang, semua sudah siap untuk kembali ke jakarta. Meninggalkan dinginya puncak dan asrinya suasana desa. Kembali ke kota tempatku menuntut ilmu. Memang nasibku sedang baik kali ini, aku ditempatkan di bis itu lagi. Yes. Tak akan ku sia-siakan kesempatan ini. Sebelum pergi meninggalkan vila. Kami diberikan sesi berfoto untuk mengabadikan kenangan disana. Bersama yang lainya. Sekedar hanya menampakan muka atau ikut membaur dengan selfie seara bersamaan. Saat itu aku tak membawa kamera. Sial, gumamku. Aku lalu sekedar ikut meramaikan saja sesi berphoto saat itu. Dengan tangan kiriku memegang handy talkie aku berphoto selayaknya bos bos besar. Haha.
Sedang asyik berselfie ria ternyata. Entahlah mungkin aku sudah terkena sihir atau apa. Namun kali ini, saat aku tau wanita tadi sedang asyik berfoto. Selalu saja inginku tatap dirinya, memerhatikan semua gerak geriknya. Tak pernah bosan. Kuberanikan diri untuk mendekat. Yaa seperti biasa, aku gugup saat bersanding dengan wanita yang kusukai. Sekedar menyapa dan saling berbagi senyum di akhir acara.

Yes, yes, yes, aku diajak berphoto bareng dia. Yaa walaupun bareng teman-temanya juga namun ini merupakan sebuah kemajuan yang besar pikirku. Dengan senyumku yang tak ramah lingkungan kucoba untuk tak gugup. Menghadap kamera dan tersenyum.

Saatnya pulang, semuanya kembali kedalam bus. Asap hitam keluar dari knalpot bus tua ini yang menandakan bus ini siap untuk berangkat. Seperti saat berangkat waktu itu. Aku kembali berdiri disamping pintu belakang. Bersiap untuk menaruh batu di roda bus saat keadaan bus tidak memungkinkan. Tak ada yang berbeda saat itu. Tatanan duduk peserta sama seperti saat kita berangkat 3 hari yang lalu. Dan ya. Wanita itu kembali duduk dibelakangku.

Waktu nampaknya telah memberiku jalan. Tak akan kusiasiakan kesempatan ini seperti saat berangkat 3 hari yang lalu. Obrolan-obrolan ringan dan kamipun mulai terbawa suasana. Semilir angin yang berhembus membuatku bergegas menutup pintu belakang. Banyak orang disana, namun yang kuperhatikan hanyalah wanita itu. Mataku selalu memakai mode autofokus apabila dia berbicara. Mengindahkan yang lainya dan larut dalam senyuman senyuman kecilnya.

Lelah. Setelah banyak yang kita bersama obrolkan aku memutuskan untuk menyudahi semuanya. Meninggalkan dia dan kawan-kawanya. Dan mulai menyalakan handphone untuk medengarkan lagu. Aku tau mereka juga pasti lelah karena 3 hari disana penuh dengan kegiatan. Apalagi mereka adalah kaum akhwat yang mungkin akan lebih merasa lelah dibandingku. dan yaa benar saja. Sebagian dari mereka langsung lelap sepeninggal obrolan tadi. Aku jadi merasa sedikit bersalah karena mengajak mereka ngobrol. Tapi tidak dengan wanita tadi. Dia malah asik memotret teman temanya yang terlelap. “lucu kak” katanya. Aku hanya tersenyum.

Perjalanan yang melelahkan. Hingga tak terasa kita semua sudah hampir sampai di tempat tujuan akhir. Di sekolah. Namun sebelum itu. Hampir saja aku lupa untuk menanyakan namanya. Aku beralasan ingin mengetahui nama mereka satu persatu. Agar aku bisa mengetahui nama si wanita tadi tanpa dicurigai oleh yang lainya. Semuanya aku tanyakan satu persatu. Namun yang jadi perhatianku sepenuhnya adalah nama dari wanita tadi. Sebelumnya aku selalu acuh masalah nama. Biasanya aku hanya mengetahui wajahnya tanpa mengetahui nama seseorang. Namun kali ini rasa penasaranku muncul sebab wanita itu. Hanya namanya sajalah yang aku ingat. Selebihnya lupa. Karena memang dari awal tujuanku adalah untuk mencari tahu siapa namanya.

“Nita, ka. Yunita”

Yunita ?

0 comments:

Blogger Template by Clairvo